Hiruk Pikuk PMB UNHAS 2011

Prosesi penerimaan mahasiswa baru Universitas Hasanuddin tahun 2011 yang telah berlangsung selama dua hari, dimana pada hari ini berlangsung ditingkatan fakultas setelah disambut ditingkatan universitas, dan salah satunya yang berlangsung di Fakultas Ilmu Budaya, berlangsung cukup meriah.

Prosesi penerimaan mahasiswa baru yang merupakan agenda tahunan Universitas Hasanuddin, pada tahun ini berlangsung di bulan ramadhan. Namun, itu tidak menjadi hambatan buat panitia lembaga kemahasiswaan dan pihak birokrasi Fakultas Ilmu Budaya Unhas untuk tetap mengadakan penyambutan kepada adik-adik mahasiswa baru, walaupun pada tahun ini, PMB tidak dapat diadakan di Fakultas sendiri, namun diadakan diluar fakultas yakni di gedung registrasi UNHAS. Hal ini disebabkan oleh pengerjaan gedung aula Mattulada FIB-UH yang belum rampung hingga saat ini. Adapun jumlah mahasiswa baru yang diterima fakultas ilmu budaya pada tahun ini sebanyak 382 orang, dan berasal dari berbagai daerah seperti Makassar, Pangkep, Maros, Palopo, Toraja, dan masih banyak lagi.

Penerimaan mahasiswa baru yang pada tahun ini tidak bisa diadakan di fakultas sendiri menuai sedikit kekecewaan dari pimpinan Fakultas Ilmu Budaya, seperti yang diungkapkan oleh Drs Amir P M. Hum selaku Wakil dekan II FIB-UH yang mengatakan bahwa sangat disesalkan karena aula yang awalnya dipersiapkan untuk PMB masih dalam perbaikan.  Namun dia merespon positif antusias lembaga kemahasiswaan yang kembali mengambil peran dalam PMB tahun ini. “saya sangat senang dengan adanya kerjasama antara pihak birokrasi dan lembaga kemahasiswaan FIB-UH , ini membuktikan bahwa ada kesadaran dari kedua belah pihak untuk sama-sama membentuk dan membina mahasiswa baru menjadi lebih baik”, ucap Amir. 

Selain itu, amir juga menambahkan bahwa panitia harus tetap memahami bahwa sebagian besar mahasiswa baru adalah umat islam, sehingga jangan sampai kegiatan ini mengganggu ibadah seperti puasa dan shalat lima waktu. “saya salut kepada mahasiswa baru karena tetap kuat menjalani PPMB di bulan ramadhan, dan saya juga berharap agar mereka mau mengikuti seluruh prosesi ini, karena sangat bermanfaat ketika mereka selesai, utamanya pada soft skill”, ucapnya.

Pihak lembaga kemahasiswaan FIB-UH juga merasa kecewa dengan PMB tahun ini yang diadakan diluar fakultas. Karena, dari PMB sebelumnya, selalu berlangsung didalam kampus. “ada sedikit kekecewaan pada kami selaku pihak lembaga kemahasiswaan, karena sangat ideal jika PMB diadakan dirumah sendiri. Mestinya dari awal, permasalahan tempat harus direalisasikan terlebih dahulu, tapi saya tetap salut kepada kawan-kawan panitia yang tetap semangat, serta adik-adik mahasiswa baru yang sangat antusias. Hal ini terbukti ketika materi berlangsung, dimana adik-adik tetap aktif bertanya, menanggapi, serta berdialog dengan senior”, ucap Andi, selaku ketua badan eksekutif mahasiswa FIB-UH.

Selain itu, andi juga menjelaskan bahwa lembaga kemahasiswaan merasa perlu terlibat dalam PMB tahun ini karena harus ada doktrin-doktrin kelembagaan dari awal yang disampaikan oleh senior-senior, agar dapat segera mengambil alih kegiatan-kegiatan selanjutnya.

Tetapi, ternyata kekecewaan tidak hanya dirasakan oleh pihak birokrasi dan lembaga kemahasiswaan. Namun, kekecewaan itu juga ikut dirasakan oleh beberapa mahasiswa baru. Seperti yang dirasakan oleh Linn Lucianna Marumbo, mahasiswa asal Tana Toraja yang saat ini lulus di jurusan sastra perancis.  Linn mengatakan bahwa ada kekecewaan pada dirinya pribadi karena tidak disambut dirumahnya sendiri, yaitu Fakultas Ilmu Budaya. “notabene ini adalah bagian dari Fakultas Ilmu Budaya, mestinya acaranya ya di fakultas sendiri”, ucap Linn.

Tapi walaupun tidak diadakan di fakultas sendiri, linn mengaku cukup senang dengan PMB ini. Karena suasananya yang dinamis, tidak kaku, dan senior-senior yang juga cukup agresif mengurusi adik-adiknya selama kegiatan berlangsung. Selain itu, dia juga salut kepada teman-teman yang beragama islam karena masih mampu berpuasa ditengah cuaca yang sangat panas ini.

Linn juga merasakan ada beberapa kakak senior yang sedikit galak, namun itu merupakan hal biasa untuknya. “beginilah seni dari ospek, harus ada senior yang galak, agar mahasiswa baru juga tidak jadi manja, dan saya juga merasa PMB ini tidak terlalu keras seperti yang kubayangkan sebelum masuk ke Unhas”. Ucapnya.

RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Dinilai Hanya Akan Menambah Konflik Agraria


MAKASSAR. Diskusi publik menolak pengesahan RUU pengadaan tanah untuk pembangunan yang diadakan oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) berlangsung di hotel Losari Beach dan dihadiri Sekitar 30 peserta. Dalam diskusi ini, hadir beberapa narasumber diantaranya, Idham Arsyad (Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria), Prof. Farida Patittingi, SH. MH (Pakar Hukum Agraria, Akademisi Unhas), Tan Malaka Guntur (Kepala Bappeda Sul-Sel), dan Drs. Roli Irawan, SH, MM. (Kakanwil BPN Provinsi Sul-Sel).
Dalam diskusi ini, Tan Malaka Guntur selaku Kepala Bappeda sul-Sel mengatakan bahwa, “RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan ini  semata-mata hanya untuk kesejahteraan rakyat. Dapat kita lihat bagaimana pembangunan jalan Makassar-Pare, itu semua sudah ada kesepakatan sebelum pembangunan.  
Berbeda dengan yang dikatakan oleh Idham Arsyad selaku Sekjen KPA. Dia mengatakan bahwa, “pembuatan RUU tanah untuk pembangunan tidak merujuk pada pasal-pasal penting dalam UUD 1945 dan UU terkait. Seperti, UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi. Dimana dalam RUU tersebut, tidak dijelaskan bahwa masyarakat berhak mendapatkan informasi sebelum pengalihan tanah. Pasal 28h ayat 4, UUD 1945“setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-sewang oleh siapa pun”. Dengan tidak adanya penjelasan tersebut dalam RUU, kemungkinan besar hanya menambah konflik agraria. Selain itu, pemaknaan “kepentingan umum” dalam RUU dimaknai menjadi infrastruktur. Tidak ada penjelasan yang jelas, sehingga Sangat berpotensi ditafsirkan secara monopolistik oleh pihak penguasa dan diterapkan sewenang-wenang oleh aparat penegak hukum.
Perampasan dan Penggusuran Tanah- Tanah Rakyat akan semakin marak terjadi, mengingat hanya sedikit tanah-tanah rakyat yang dilindungi dokumen hukum yang lengkap. Sampai tahun 2008, jumlah tanah rakyat bersetifikat baru 39 juta bidang dari 85 juta bidang tanah (belum termasuk tanah-tanah yang berada di kawasan hutan dan kawasan yang dikuasai oleh masyarakat adat). Artinya seitar 60 % belum terlindungi secara hukum. Lantas, Jika kepemilikan dengan bukti sertifikat yang menjadi dasar ganti rugi tanah yang diambil, lalu bagaimana dengan nasib tanah-tanah tanpa sertifikat yang jumlahnya jauh lebih banyak itu?”.
Dugaan  ini diperkuat oleh Prof. Dr. Farida Patitingi, SH. MH selaku pakar hukum agraria sekaligus akademisi Unhas. Dimana beliau mengatakan bahwa “RUU ini terkesan sangat otoriter, seprti yang dijelaskan Pasal 28h ayat 4, UUD 1945bahwa setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-sewang oleh siapa pun. Namun jika kita mencermati RUU tersebut, kita akan menemukan hal yang sebaliknya, yaitu berdasarkan pada suatu konsepsi yang cenderung otoriter yang mengarah pada upaya “pemaksaan” kehendak dari negara dalam perolehan tanah untuk kepentingan pembangunan tersebut. Karena ketika suatu tanah sudah ditetapkan sebagai tempat pembangunan untuk kepentingan umum, maka masyarakat pemilik atau yang berhak atas tanah wajib melepaskan hak atas tanahnya. Kewajiban ini tidak berimbang dengan kepentingan pemilik atau yang berhak atas tanah untuk memperoleh penggantian yang adil dari pengorbanannya tersebut.
Drs. Roli Irawan, SH, MM selaku Kakanwil BPN Provinsi Sul-Sel juga mengatakan bahwa, dalam masalah sertifikat tanah, sering terjadi kecurangan. Dimana masih banyak pegawai nakal yang sering bekerjasama dengan pemodal untuk penggandaan sertifikat. Beliau berjanji akan lebih memperketat pengawasan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Selatan adalah daerah yang berada di urutan teratas konflik agraria. Salah satu contohnya adalah, yang terjadi di Pandang Raya. Salah satu pemukiman kumuh di daerah Panakukang Makassar, terancam digusur oleh pengusaha bernama Goman Waisan. “Tanah kami itu terbukti bersertifikat, namun pemerintah bahkan melegalkan usaha goman”. Ucap bapak Andi, selaku tokoh masyarakat Pandang Raya, yang juga sempat menghadiri diskusi.

Makassar Lalui Ramadhan Dimusim Kemarau


 Makassar. Ramadhan ditahun ini, Makassar berada disalah satu daerah dengan kemungkinan curah hujan yang rendah. Hal ini diungkapkan oleh Andi cahyono selaku Prakirawan Badan Meteorologi  dan geofisika Makassar (BMKG)saat diwawancarai dikantornya.
“Tahun ini, Makassar akan melalui ramadhan dengan suhu 20-34 C, dan diperkirakan bahwa peluang untuk hujan sangat sedikit, atau dengan kata lain mengalami musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh periode angin yang mengarah ke timur dengan kecepatan 10-37 km/jam, jadi hanya daerah Sulawesi bagian timur seperti Sinjai, Bone, dan Bulukumba yang mempunyai peluang untuk hujan. Selain Makassar, musim kemarau juga akan dialami oleh daerah Barru, Parepare dan sekitarnya. Namun itu tidak akan berpengaruh besar jika dibandingkan dengan keadaan dilaut, seperti Selat Makassar. Karena angin yang bertiup ke timur, gelombang air diperkirakan naik sebanyak ½-2,5 meter,dan itu akan berpengaruh besar dengan arus mudik saat hari raya nanti, utamanya jalur Makassar-Selayar”. Ucap Andi saat ditemui di kantor BMKG Makassar siang tadi.    
Andi menambahkan, “melihat kondisi Makassar yang padat kendaraan, ditambah dengan cuaca yang telah memasuki puncak dari musim kemarau, tidak menutup kemungkinan bahwa segenap aktivitas akan berkurang selama ramadhan, karena pertimbangan puasa”.  Ucapnya.
Hal itu terbukti dengan adanya beberapa jalan di Makassar yang tampak lengang di awal Ramadhan. Hal ini dapat kita lihat dibeberapa jalan seperti JL. Penghibur dan JL.Nusantara.
Menurut Fardi, salah satu tukang parkir Hotel Losari Beach mengatakan bahwa, “daerah ini terkenal dengan daerah hiburan. Oleh karena itu, kendaraan akan kurang yang melintas jika siang hari, karena banyak tempat hiburan dan warung makan yang tutup. Jika telah masuk waktu buka puasa, baru jalan ini ramai oleh orang-orang yang akan berbuka puasa disejumlah tempat makan.
Andi kembali menambahkan bahwa  “berbeda dengan daerah Sulawesi bagian atas seperti Palopo, Malili dan Toraja, yang juga masih mempunyai peluang besar untuk hujan”.  Ucapnya.