Antara Atas, Tengah dan Bawah



Bayangkanlah anda seorang petualang dan ingin mencari tempat dan hal-hal unik di Negara ini. Dan anggaplah anda memilih sebuah apartemen bernama Jeneponto untuk menjadi tempat pilihan. Jeneponto ini adalah sebuah apartemen yang terbagi menjadi tiga lantai yaitu, lantai atas, pertengahan dan lantai dasar.
            Berbeda dengan apartemen yang sering anda saksikan dalam iklan. Dimana setiap lantainya memiliki pemandangan yang sama, yaitu fasilitas yang nyaman hampir disemua kamar dengan harga yang tinggi, tentunya. Namun apartemen yang bernama Jeneponto ini memiliki pemandangan yang berbeda disetiap lantainya dan dihuni pula dengan manusia-manusia yang “berbeda”. Penasaran?
            Oleh karena itu, terlebih dahulu kita harus mencari pesawat dan menuju lantai atas. Mungkin anda akan bertanya, mengapa harus lantai atas terlebih dahulu? Sebab jalan setapak menuju lantai dasar penuh dengan jebakan, sehingga sangat berbahaya. Jadi lebih baik kita tidak usah mengambil jalan yang beresiko tinggi.
            Kemudian anggap saja anda menemukan pesawat dengan harga yang tinggi. Tapi apa boleh buat, sebab pesawat yang disediakan semuanya dengan tarif yang sama. Sehingga anda tidak akan punya pilihan lain. Setelah mendarat di lantai atas, turunlah dari pesawat, dan anda telah tiba di…………..
Lantai Atas Jeneponto
            Setelah menginjakkan kaki di lantai atas, mungkin anda akan merasa heran dengan para penghuninya. Sebab 50% penghuninya memiliki wajah yang sama, yaitu $. Dan masing-masing dari orang yang berwajah  “$” tersebut, menggenggam sebuah pisau pemotong daging. Tapi sudahlah, lebih baik kita berjalan-jalan melihat pemandangan di lantai ini.
            Masuklah diruangan sebelah kiri anda, ruangan itu adalah milik pimpinan di apartemen ini. Sudah masuk? Anggap saja sudah. Lihat orang berperut besar duduk di atas kursi dan dikelilingi segerombolan orang?. Yah, dia adalah pimpinan di apartemen ini. Orang itu tidak pernah beranjak dari tempatnya, sebab tidak mampu lagi berjalan dengan beban perut yang besar. Sehingga hanya senang memberikan perintah dan tidak pernah berkunjung ke lantai tengah dan dasar. Selain itu, dia juga senang menghitung-hitung berapa banyak anggaran untuk bantuan yang masuk ke apartemen ini.
            Lebih anehnya lagi, biasanya setelah menghitung, dia memerintahkan orang-orang berwajah “$” penghuni lantai ini untuk memotong-motong uang itu dengan menggunakan pisau pemotong daging yang digenggam. Kemudian 10 % hasil potongan, dikirim ke lantai tengah dan dasar apartemen ini. Tapi sudahlah, lebih baik kita keluar saja dari ruangan ini.
            Lihat sekumpulan orang di jendela sebelah kanan anda? Yah, itu adalah sekumpulan orang yang diperintahkan untuk membuang jebakan ke jalan setapak menuju lantai dasar. Mungkin anda akan bertanya, untuk apa yah? Tapi tenang saja, nanti anda akan tahu jawabannya.
            Lebih baik kita masuk ke ruangan yang ada di depan anda. Ruangan ini adalah tempat si anak pimpinan apartemen. Sudah masuk?, lihat orang yang duduk dan dikelilingi wanita itu?. Yah dialah si anak pimpinan apartemen. Dia itu hidupnya sangat enak, setiap hari dikelilingi oleh wanita. Dan bagi siapa saja yang tidak dia senangi, maka akan dilemparkan melalui jendela yang ada di depan anda. Tidak hanya itu, dia juga senang memalaki bawahannya serta orang-orang yang ada di lantai tengah dan dasar demi mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
            Sepertinya kita tidak usah berlama-lama. Lebih baik kita keluar dari ruangan ini dan menuju tangga yang ada di pojok lantai atas ini. Sebenarnya masih ada beberapa ruangan yang belum kita kunjungi. Tapi sudahlah, itu hanya ruangan sekretaris di apartemen ini, yang mempunyai banyak ide, jujur, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab seluruh isi apartemen ini dimonopoli oleh si pimpinan apartemen beserta anaknya. Serta beberapa ruangan para pesuruh yang tidak senang memotong-motong uang.
Ayo kita segera menuju tangga di pojok lantai ini. Dan tangga tersebut adalah jalan menuju……………
Lantai Tengah Jeneponto  
            Dilantai ini pemandangannya sedikit berbeda dengan lantai atas, oleh karena itu lebih baik kita berjalan-jalan melihat pemandangan di lantai ini.
            Lihat sekumpulan orang yang berdiri dengan wajah memelas di pojok sebelah kanan anda? Mereka adalah sekumpulan pegawai rendahan yang sedang meratapi nasib akibat ulah si pimpinan apartemen beserta anaknya. Beberapa waktu yang lalu, para pegawai tersebut diwajibkan memberi upeti pada pimpinan beserta anaknya. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka juga dimutasi ke lantai bawah akibat tidak menuruti perintah sang pimpinan beserta anaknya.
            Sudahlah, kita terus saja berjalan dan masuk ke ruangan yang ada di depan kita. Ruangan ini adalah tempat segerombolan orang yang mati-matian berfikir bagaimana caranya mengambil uang hasil potongan dari lantai atas. Itulah sekelompok orang yang menamai dirinya “aktivis”, dan katanya berjuang untuk rakyat. Namun faktanya, kerjaan mereka hanya mendata orang-orang di lantai dasar atau seluruh isi apartemen ini, kemudian menjual datanya ke pimpinan apartemen yang biasanya digunakan untuk mencari lebih banyak bantuan dari apartemen pusat. Dan tentunya, bantuan itu akan dipotong lagi di lantai atas. Serta untuk beberapa kepentingan lainnya.
            Tidak hanya dijual ke pimpinan, tapi kadang juga dijual ke beberapa lembaga yang membutuhkan datanya. Pastinya dengan satu tujuan, uang.
            Oke, kita keluar dari ruangan ini. Karena aku yakin anda akan muak dengan orang-orang itu.
            Selanjutnya, kita masuk ke ruangan yang ada di dekat sekumpulan pegawai tadi. Nah, anda pasti heran kan? Sebab di ruangan ini semuanya berwajah “$” dan memegang pisau pemotong daging, mirip dengan pemandangan di lantai atas. Yah, orang-orang ini adalah pegawai yang dipercayakan oleh pimpinan untuk mengirim uang hasil potongan di lantai atas menuju lantai dasar. Tapi sayangnya, uang tersebut kembali di potong-potong oleh mereka.
            Bagaimana, sudah puas melihat pemandangan di lantai ini? Jika sudah puas, lebih baik kita menuju tangga yang ada di dekat ruangan “aktivis” tadi. Karena tangga itu adalah jalan menuju………..
Lantai Dasar Jeneponto
            Aku minta anda untuk sedikit berhati-hati, sebab di pertengahan tangga ada “anjing bulldog” milik pimpinan apartemen  yang ditugaskan menjaga tangga ini agar penghuni lantai dasar enggan untuk naik ke lantai tengah dan atas. Tapi biasanya, jam segini anjingnya sedang tidur. Jadi kita bisa lewat.
            Mungkin anda akan bertanya lagi, mengapa harus dijaga? setelah tiba anda akan tahu jawabannya.
            Nah, akhirnya kita tiba di lantai dasar apartemen ini. Masih kuat untuk berjalan? Jika tidak, anda tidak usah khawatir. Sebab di lantai ini tidak banyak yang bisa dikunjungi.
            Mari berjalan dan silahkan layangkan pandangan melihat pemandangan sekitar. Di lantai ini tidak ada sekat-sekat ruangan, sebab semuanya sama rata sama rasa. Sama-sama sedang berada dalam lingkaran kesengsaraan.
            Apa anda melihat sekumpulan orang yang ada di pojok sebelah kiri? Mereka adalah sekelompok petani tadah hujan yang sudah bertahun-tahun tidak menikmati hasil dari tanah garapannya sebab susahnya air untuk mengairi lahan. Sedangkan yang disebelahnya adalah sekelompok petani buah dan sayuran yang bingung akan dibawa ke mana hasil panennya. Parahnya, pada tahun 2005 salah satu dari mereka pernah membuang satu truk bawang akibat tidak ada yang mau membeli.
            Kemudian yang berada dipojok sebelah kanan adalah sekelompok petani rumput laut yang sedang kebingungan akibat rumput lautnya terkena penyakit dan mereka tidak tahu apa penyebabnya. Sehingga kadang mengalami gagal panen. Tidak hanya itu, mereka juga sedang kekurangan peralatan untuk menghasilkan rumput laut yang berkualitas. Serta tidak jelasnya dimana mereka harus memasarkan rumput lautnya.
            Lihat orang-orang yang sejak dari tadi berlalu lalang itu? Mereka adalah sekelompok pengangguran yang bingung harus berbuat apa untuk menghidupi dirinya. Biasanya mereka merantau ke negeri seberang untuk mencari kerja, seperti menjadi kulih bangunan, tukang becak, serta kerja-kerja kasar lainnya. Walaupun sebenarnya hasil dari rantauannya tidaklah seberapa.
            Kadang juga beberapa petani dan pedagang yang tidak mampu lagi menjalankan usahanya akibat kekurangan biaya, terpaksa merantau demi mencari pekerjaan.
            Yang unik adalah, sang pimpinan apartemen terus membohongi para petani yang kekurangan air untuk mengairi lahannya bahwa Jeneponto memang kering, kekeringan adalah takdir.
            Tapi tengoklah keluar melalui jendela disebelah anda. Apakah anda melihatnya? 100 meter dari apartemen ini ada sebuah sungai yang besar dengan air yang melimpah. Jika menggunakan teknologi, sebenarnya air itu bisa dikirim ke lantai dasar apartemen ini untuk mengairi lahan-lahan kering. Tapi sudahlah, itu tidak akan mungkin terjadi. Sebab sang pimpinan lebih suka memotong-motong uang di ruangannya.
            Lihat, ada orang dari lantai tengah menuju ke sini. Tau tidak dia siapa? Dia adalah sang tengkulak yang akan membeli hasil panen para petani dengan harga yang murah kemudian dia jual ke pasaran dengan harga yang berlipat.
            Ada apa? anda bertanya mengapa mereka tidak bertemu langsung dengan pimpinan apartemennya? Aku kan sudah bilang bahwa di tangga menuju ke atas ada ”anjing bulldog” yang siap menerkam siapa saja yang berani menemui sang pimpinan.
            Kenapa lagi? Anda bertanya mengapa mereka tidak keluar dari apartemen ini untuk mencari jalan keluar dari permasalahan mereka? Coba saja keluar, maka mereka akan menginjak perangkap yang dilemparkan dari lantai atas. Perangkap itu berguna untuk menghalangi siapa saja yang ingin keluar, sebab sang pimpinan takut apa yang dia perbuat pada orang di lantai ini dan beberapa pegawai di lantai tengah tersebar luas ke pelosok negeri.
            Aduuuhhhh…ada apalagi? Anda bertanya bagaimana dengan sang pimpinan sendiri dengan sekutu-sekutunya jika ingin keluar? Kan mereka punya pesawat yang bisa digunakan kapan saja. Apalagi yang namanya bantuan, lebih baik tidak usah ditanyakan. Sebab anda telah menyaksikan bagaimana dana bantuan tersebut mengalami dua kali pemotongan.
            Jadi orang-orang yang ingin merantau harus melewati jalan setapak dengan sangat hati-hati, walaupun itu sungguh melelahkan. Tapi apa boleh buat, tidak ada pilihan lain.
            Untungnya di lantai dasar ini ada beberapa orang baik dan punya kemampuan finansial yang lebih. Mereka kadang memberi bantuan kepada para petani dan pedagang agar usahanya bisa terus berlanjut.
            Aku ingin bertanya, apakah ditempat anda tinggal, juga terjadi hal yang demikian?

Jeneponto, 1 juni 2013
AMAN WIJAYA